Kenali aku
Oleh orangtua saya, saya diberi nama Srimpi Indah Zulaecha. Saya lahir di desa Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Saya anak bungsu dari lima bersaudara. Ayah saya seorang pegawai negeri di Departemen Agama kabupaten. Jadi, bila ayah ke kantor harus berangkat pagi-pagi sekali karena pada masa itu, tidak ada angkutan kota dan harus menumpang bis antar kota yang sekali-sekali lewat. Ibu saya mempunyai usaha berdagang kain batik dan perlengkapan tekstil lainnya.
Tapi... Ayah saya meninggal dunia ketika saya kelas tiga SD. Alhamdulillah, ibu saya telah memiliki usaha dan terbiasa mengelola sendiri kehidupan keluarga, sehingga kami semua tetap dapat melanjutkan sekolah. Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak... pada saat saya liburan kelas 1 SMA naik ke kelas 2, ibu saya menyusul ayah saya. Jadilah, sejak itu saya yatim piatu.... Sedih lah, tentu!
Kehidupan kemudian mulai berubah. Di antara saya lima bersaudara, hanya saya dan kakak nomor empat yang masih sekolah. Saya SMA dan kakak nomor 4, kuliah. Alhamdulillah, Kakak sulung saya, sangat bertanggung jawab dan dia berperan untuk mengatur kami berlima. Dia pula yang mengatur agar usaha orang tua tetap berjalan untuk membiayai sekolah saya dan kakak nomor empat. Dia bersikeras tidak boleh ada harta orangtua yang dibagi hingga saya dan kakak nomor empat selesai sarjana dan menikah. Tak terbayangkan, jika tidak ada yang tegas seperti itu, semua harta orangtua dibagi, sbg bungsu entah apa jadinya saya..... (Makasih, mas Do!)
Itu tadi kalau cerita tentang keluarga besar saya. Kalau masa sekolah? Oooohhh, itu masa-masa paling menyenangkan.... Saya sekolah sejak SD hingga SMP di Kutoarjo. SDN Prajuritan dan SMPN 1 Kutoarjo, dengar-dengar sih sekarang 'judulnya' jadi SMPN 3 Purworejo.... Secara akademik saya cukup baik, dan hampir selalu menduduki peringkat 5 ke atas. Gak tahu gimana kok bisa begitu... hi..hi...:) Padahal rasanya yaaaa... biasa aja belajarnya... Apa karena dulu jumlah mata pelajaran tidak sebanyak sekarang???? Entahlah... Yang jelas, saya 'menderita' kalau ada pelajaran menggambar... karena sama sekali gak punya bakat nggambar. Makanya suka minta tolong teman... (Makasih, ya Sus! ...jasamu tiadaaaaa taraaaa...).
Saat SMA, saya sekolah di SMAN 1 Purworejo, kota kabupaten yang cukup tenang, apalagi dulu belum banyak rumah, SMAnya di tengah sawah..... Seingat saya, dulu 100 rupiah naik angkot dari rumah saya Kutoarjo, ke Purworejo.... Sayangnya, saat itu merupakan saat yang cukup berat, karena akhirnya kedua orangtua saya meninggal saat saya masih butuh bimbingan mereka.
Kakak sulung saya mewajibkan saya membantu usaha peninggalan almarhum ibu sepulang sekolah. Saya harus belajar mengelola uang, kapan belanja barang, kapan membayar pemasok, kapan harus menggaji pegawai dan sebagainya. (.... tapi gak main-main lho, kemampuan ini ternyata sangat membantu saya sebagai ibu rumah tangga dan istri saat ini). Meskipun demikian waktu belajar saya tidak terganggu. SMA lulus dengan baik, bahkan akhirnya saya bisa masuk Fakultas Kedokteran Negeri di Solo tanpa test. Dulu namanya program PMDK, program Penelusuran Minat Dan Kemampuan. Lumayan... tidak ngeluarin biaya test lagi. Saya sekolah dengan biaya SPP setiap semester dari uang pensiun ayah saya (yang hanya diambil setiap satu semester sekali). Sedangkan biaya bulanan dipenuhi dari uang iuran ke-tiga kakak–kakak saya.
Setelah lulus Sarjana Kedokteran, saya sedikit mengalami kesulitan biaya. Biaya yang biasa dikirim kakak–kakak tidak mencukupi lagi. Maklum, mereka belum cukup mapan untuk membiayai 2 orang mahasiswa kuliah. Saya kemudian mendaftar masuk sebagai Perwira Bea Siswa ABRI. Siapa tahu, ada jalannya.... Padahal, sebenarnya kakak saya nomor tiga (Angkatan Darat, saat itu berpangkat Kapten), tidak setuju. Nekad saja, saya membuat surat izin wali yang ditandatangani kakak saya nomor empat.... habis siapa lagi keluarga terdekat? Saat ditanya petugas penerima saat itu, saya jelaskan bahwa hanya 1 orang kakak tersebut yang ada di Jawa... he..he..he.. untungnya petugasnya percaya2 saja... (Buat mas Bowo, makasih yaaa...tandatangannya laku juga, ternyata...). Tujuan daftar saat itu memang untuk memudahkan biaya co-ass yang cukup besar. Co-ass merupakan periode lanjutan untuk meraih profesi dokter.
Setelah melalui serangkaian seleksi, Alhamdulillah saya diterima. Saya menjalani pendidikan di Kodikal, Surabaya. Duuuhhh, puanaasssnya minta ampun... Setelah selesai dari pendidikan dasar di Kodikal saya melanjutkan dengan Kursus Orientasi Matra (Susormat) di Wingdikum. Saat itu masih bergabung dengan kampus Sekkau di Halim. Dengan gaji sebagai Letnan Dua, biaya kebutuhan co-ass tersebut dapat dipenuhi. Duh Gusti, maturnuwun...
Sebagai Srikandi Bangsa... he..he...penugasan pertama saya, di Lanud Adi Sumarmo. Saat itu sebagai Pa DP Dan Lanud karena status saya sebagai Perwira Bea Siswa. Namun karena kebetulan saya sudah seorang dokter muda, maka saya sering ikut dilibatkan kegiatan oleh Karumkit (saat itu Letkol dr. Bambang Irawan, Sp.BO... Apa kabar, dok? Semoga selalu sehat. Amin). Setelah itu saya saya ditempatkan di KOOPSAU 1, Jakarta. Hal ini karena saya kemudian menikah dengan seorang penerbang dari Skadron Udara 4, ABD dan suami mendapat tugas Karya di Garuda Indonesia. Selama ditempatkan di KOOPSAU 1, saya lebih banyak mengerjakan pekerjaan recording laporan para Karumkit di bawah jajaran KOOPSAU 1. Pekerjaan saya secara fungsional dokter tidak terlalu sibuk karena hanya mengurusi anggota sekantor (dan keluarganya) yang relatif jarang sakit. Pada hari–hari tertentu saya bertugas di base ops Lanud Halim untuk memeriksa kesehatan awak pesawat yang akan terbang. Di samping itu, dua kali tiap bulan, saya juga jaga di UGD RUSPAU dr. Esnawan Antariksa. Praktek sore hanya 4 kali seminggu. Tapi secara umum, cukuplah kesibukan tersebut bagi saya...
Saya kemudian mendapat kesempatan untuk Sekespra (Sekolah Kesehatan Penerbangan) selama 6 bulan. Sekolah yang membuat saya makin memahami bagaimana tugas-tugas seorang dokter penerbangan. Dalam kegiatan tersebut kami juga harus mengalami semua keadaan yang penerbang alami, sehingga saya juga harus mengikuti seluruh program ILA (Indoktrinasi Latihan Aerofisiologis), saya juga mengikuti program Flight Familisation, yaitu ikut dalam penerbangan di ADI, SMO dan IWY dari pesawat Bravo, Charlie dan Hawk (waktu itu masuk dalam Skadik) termasuk juga latihan Pengungsian Medik Udara dalam Latihan Jalak Sakti. Sayangnya... saat pesawat terbang rendah (pura2nya menghindari radar), wah... dokternya ini mabuuuuukkkk... he..he... Untunglah saat itu ada kawan yang menyalurkan energinya ke saya... (dr. Suryo, IPTN... where are you, now...?)
Setelah lulus Sekespra, biasanya ada skep baru. Namun tidak seperti dokter umum dengan kualifikasi flight surgeon lainnya, saya tidak masuk skadron. Skep saya justru menjadi Dokter Pribadi Kasau. Jabatan yang selama ini tidak pernah dijabat seorang Wara, bahkan setelah saya pun belum pernah lagi jabatan tersebut diberikan kepada Wara. Saya yang aneh shg dijadikan Dokpri Kasau atau Kasau-nya yg aneh, pengin Dokpri perempuan... (he...he... nuwun sewu, pak Hanafi...). Saya menjadi Dokter Pribadi Kasau, sewaktu Kasau dijabat oleh Marsekal Hanafi Asnan, Kasau yang tidak semua orang bisa memahaminya. Pada masa saya menjadi Dokpri, tugas saya adalah harus mendampingi ke manapun beliau pergi. Lucunya, karena selama ini tidak pernah ada Dokpri wanita, jika Kuker saya sering ditempatkan sekamar dengan Koorspri atau Ajudan Kasau....Hal ini karena nama-nama pengikut Kasau jika kuker, hanya ditulis jabatannya saja.... (ha..ha.. salah kamar, dong...)
Bagi saya, jabatan Dokpri ini sangat berkesan, karena saya dapat mengetahui banyak Lanud di Indonesia dengan mendampingi beliau. Meskipun selama saya menjadi Dokpri, ajudan Kasau telah berganti enam kali, tampaknya Kasau cukup berkenan terhadap hasil tugas dan pekerjaan yang diberikan terhadap saya. Semua kegiatan sebagai Dokpri sangat saya nikmati, kecuali satu hal, yaitu menunggui Kasau main golf. ... beteeeeee banget rasanya. (nuwunsewu lagi, ya pak Hanafi).... Namun akhirnya hingga akhir masa tugas saya, semua hal tersebut dapat saya lalui dengan baik. Saat menjabat sbg Dokpri tsb, saya melahirkan anak pertama. Anak yang telah 4,5 tahun dinanti....
Selesai jadi Dokpri, saya kemudian di tempatkan di Satkes Denma Mabes AU, sambil mendaftar untuk test dokter spesialis di Universitas Indonesia. Saya disetujui untuk masuk Program Pendidikan Dokter Spesialis Psikiatri, atau Kedokteran Jiwa. Kebetulan saat itu dinas sangat membutuhkan dokter dengan kualifikasi tersebut. Saat sekolah, saya mendapat skep baru penempatan di RUSPAU. Alhamdulillah, sekolah spesialis tersebut dapat saya lalui dengan baik. IPnya?.... Masih ok lah... Kalau cuman 3,7 yaaa lebih lah... he..he... (Alhamdulillah, ya Allah..).
Sambil ikut PPDS, saya bekerja di Klinik Remaja YPI. Klinik nirlaba tempat saya belajar lebih untuk memahami orang lain. Sambil bekerja di klinik tersebut, saya juga mengadakan penelitian. Alhamdulillahnya, penelitian saya tentang HIV dinilai baik dan saya mendapat penghargaan sebagai The Best Young Psychiatrist Researcher. Jadi jutawan sesaat deh, waktu itu... karena hadiahnya memang uang...
Setelah lulus psikiater, saya langsung ditempatkan sebagai Kepala Klinik Psikiatri di Lakespra. Saya menikmati tugas baru ini dengan penuh semangat. Saat ini saya juga dipercaya Balai Kesehatan Penerbang Departemen Perhubungan sebagai konsulen untuk kasus-kasus aviation psychiatry.
Kegiatan saya di bidang HIV juga tetap berjalan. Saya dipercaya sebagai anggota tim Pokja HIV TNI sebagai ketua bidang Komunikasi Informasi dan Edukasi. Di tingkat nasional, saya merupakan pelatih bersertifikasi nasional untuk para calon konselor HIV. Beberapa kali saya dilibatkan untuk penulisan buku pedoman tentang HIV.
Semua cerita di atas tentang saya dan sekolah serta pekerjaan saya. Mau tahu tentang saya dan keluarga inti saya?... nih, begini: Saya menikah dengan suami setelah berpacaran kurang lebih 2 tahun. Alhamdulillah, saat akan menikah kami berdua telah sama-sama bekerja. Sehingga meskipun kedua orang tua saya telah meninggal, saya tidak terlalu menyusahkan kakak-kakak saya untuk membiayai pernikahan saya. Sepulang dari gedung tempat kami menikah, saya dan suami pulang ke tempat kost, karena tidak ada rumah yang kami tuju.... (sedih lho, tapi mau gimana lagi.... wong saat itu kami belum py rumah...)
Setelah menunggu 4,5 tahun, akhirnya lahirlah anak pertama. Halim. Sekarang telah berumur 9 tahun. Dia anak laki-laki yang sangat gembul dan doyan makan. Saat saya sekolah spesialis lahirlah anak ke dua, seorang perempuan cantik yang sekarang telah berumur 7 tahun 3 bulan. Ais, namanya. Sebagai 'tanda' dia putri seorang Srikandi Bangsa... saya beri dia nama kesayangan 'Kusuma Pertiwi'.
Saat saya telah kembali dinas, tanpa saya sadari saya hamil lagi... saya mendapat kembali seorang anak laki-laki kecil yang ganteng. Saat ini usianya telah 1,5 tahun. Si bungsu adalah anak istimewa dari Allah swt. Faiz namanya, yang artinya Sang Pemenang. Faiz kecil yang ganteng ternyata tidak dapat mendengar, ia juga mengalami gangguan kelambatan sehingga sejak bayi dia selalu butuh ekstra perhatian. Alhamdulillah-nya sekarang fungsi jantung dan matanya cukup baik. Faiz terkena Sindrom Rubella. Namun tampaknya dengan segala keterbatasannya, Faiz tampak cerdas selalu bisa mengkomunikasikan kemauannya dengan caranya sendiri. Sebulan sekali Faiz harus kontrol ke dokter spesialis THT konsulen Anak, ke dokter Rehabilitasi Medis konsulen Anak dan dokter Anak konsulen Neurologi Anak. Dokter Anak konsulen Jantung Anak dan dokter Mata konsulen Mata Anak, sudah tidak lagi.
Tuhan yang mengatur dan Tuhan pula yang merencanakan. Sebagai manusia yang percaya bahwa hidup ini telah ada yang mengatur, saya pasrah dan ikhlas saja menjalani semua skenario ini. Saya hanya berusaha menyelesaikan dengan baik. Semoga Allah swt memberikan kemudahan. Amin.
Demikian sekilas tentang pribadi saya. Kenali saya...
Minggu, Januari 17, 2010
|
Label:
Kenali saya...
|
2 komentar:
dokter cantik yg smart..ternyata jalanmu penuh liku ya...
salam dr sahabatmu yg suka nglukis
he..he..,
aku inget aja, waktu tugas gambar itu kamu buatin. Mungkin guru kita tahu, itu bukan kerjaanku...
kata beliau: 'tumben, gambarmu apik...'... he..he...
Posting Komentar